Kalau cerita tentang dia..
Dia penggemar berat game strategi. Seolah-olah dia komandan lalu
mempunyai pasukan untuk membangun dan mempertahankan wilayahnya. Kalau
kalah, dia akan menggerutu, tapi dia lebih sering pada akhirnya
menang. Meski tidak jarang pula menyerah duluan (aku sering tertawa
dalam hati kalau dia menyerah duluan). Kalau
dia sudah main game seperti itu, pasti dia akan lupa dengan apapun,
termasuk aku. Kadang juga, aku mengenggam tangan kirinya, supaya dia
berhenti bermain, tapi dia tetap saja bermain dengan tangan kananya.
kadang aku selalu menggangunya supaya dia kalah dan supaya memperhatikan
aku. Aku akan menemani dia, Kami berbeda, tidak harus sama. Tetapi
masih bisa saling menemani bahkan untuk hal yang berbeda.
Dia selalu tidur lebih cepat dari aku, sementara aku justru terbiasa
begadang. Kadang-kadang, aku akan tidur lebih cepat dari biasanya
atau dia yang ikut begadang menemaniku. Dia selalu mengomel kalau aku
terlalu banyak bergadang, dan aku pun selalu menyalahkan dia kenapa dia
harus tidur terlalu cepat.
Kami pernah bertengkar. Dari kami bersama, dia sudah mengatakan
bahwa tidak bisa menjamin kalau hidup kami akan dipenuhi bahagia dan
tawa saja. Ada kalanya dia akan marah, atau aku yang akan marah. Dia
pendiam, aku tukang ngomel. Aku yang sabar, Dia yang cepat marah. Dia
yang kekanak-kanakan, aku yang berusaha dewasa. Dia yang cuek, aku yang
cerewat. Dia yang akan memelukku, aku yang akan bermanja-manja.
Tetapi pada saat dia marah, aku akan sulit berusaha diam. Kadang aku
yang ngotot, seharusnya aku yang marah , ini malah dianya yang marah.
Tetapi kalau saling ngotot, itu selalu memperburuk keadaan. Aku tahu,
dia kalau marah, berarti aku memang berbuat salah atau dia yang
sedang lelah atau dia yang memang sedang membuat aku kesal. Jadi, aku
akan tetap meminta maaf walaupun itu bukan salahku. sering diterima,
tapi pernah juga dia tak butuh maafku . percaya atau tidak . itu sangat
menyakitkan. Lalu kami akan berbicara seperti biasa lagi. Kalau aku
yang marah, dia akan berusaha diam. Karena dia juga tahu, kalau ikut
ngotot, akan bertambah panjang.
Bukan berarti kami tidak pernah bertengkar hebat. Tentu saja pernah.
Berdebat siapa salah siapa benar. Tetapi, kenapa harus selalu
dibuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah, kalau pada akhirnya
itu akan melukai salah satunya? Kenapa tidak yang salah menyadari
kalau dia salah dan yang benar tidak terlalu menyalahkan?
Dari sana kami belajar, semua masalah harus diselesaikankan sebelum
tidur. Jadi tidak ada yang memendamnya. Tidak selalu berhasil. Tetapi
kami berjanji untuk terus mengusahakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar